Iman Yang Mempersatukan Kita

Khotbah BP Sinode GKITP

Ibrani 11 : 1 - 40

Pagi ini kita berada pada Ibadah Minggu pagi yang bertepatan dengan hari Ulang Tahun GKI di Tanah Papua yang ke-69 tahun, tanggal 26 Oktober 2025. Mendasari sukacita yang kita alami, mari kita renungkan secara bersama Ibrani 11:1-40 dengan tema khotbah : "Iman Yang Mempersatukan". Penulis kitab Ibrani tidak secara eksplisit disebutkan dalam teks, sehingga identitas penulis tetap anonim (tidak diberi nama) hingga saat ini. Berbagai teori menyebutkan kemungkinan penulis seperti Paulus, Barnabas, Apolos, atau Lukas, namun tidak ada kesepakatan pasti. Yang jelas, penulis memiliki pemahaman mendalam tentang Perjanjian Lama dan menguasai bahasa Yunani dengan baik. Ia juga menunjukan hubungan dekat dengan jemaat Yahudi Kristen dan pemahaman yang dalam tentang teologi Kristus. Tidak diketahui secara pasti dimana kitab ini ditulis. Namun, mengingat konteks komunitas Yahudi Kristen yang menjadi penerima surat ini, kemungkinan besar kitab ini ditulis di wilayah yang memiliki komunitas Yahudi besar, seperti Roma, Antiokhia, atau Aleksandria. Kitab Ibrani kemungkinan besar ditulis antara tahun 60-70 Masehi, sebelum kehancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 M. Ini didasarkan pada fakta bahwa penulis

masih membicarakan sistem persembahan dan pelayanan di Bait Suci seolah- olah masih berlangsung (Ibrani 10:11), yang menunjukan bahwa Bait Allah belum dihancurkan pada saat penulisan.

Kitab Ibrani ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang telah menjadi pengikut Kristus (Yahudi Kristen), yang tampaknya berada di bawah tekanan besar untuk kembali ke sistem keagamaan Yahudi lama, yaitu Hukum Taurat dan persembahan Bait Suci. Para penerima ini mengalami berbagai tantangan, termasuk penganiayaan, penderitaan dan kemungkinan kekecewaan karena penundaan kedatangan Kristus yang kedua. Suasana penulisan kitab Ibrani penuh dengan ketegangan, pergumulan iman dan ketidakpastian. Jemaat yang menerima surat ini sedang mengalami penganiayaan dan berada dalam bahaya kehilangan iman mereka. Mereka mungkin tergoda untuk kembali ke praktik keagamaan Yahudi yang lebih aman, mengingat konteks sosial dan politik yang sulit bagi pengikut Kristus pada saat itu. Penulis kitab Ibrani berusaha menguatkan mereka agar tetap setia kepada Kristus, dengan menegaskan keunggulan iman Kristen dan karya keselamatan yang sudah disempurnakan oleh Kristus. Penulis kitab Ibrani ingin menguatkan iman penerima dan mendorong mereka untuk tetap teguh dalam kepercayaan mereka kepada Yesus Kristus sebagai Imam Besar yang lebih tinggi daripada imam-imam Yahudi, serta memberikan harapan akan janji-janji Allah yang lebih baik melalui iman. Dalam Ibrani 11, penulis memberikan contoh-contoh pahlawan iman dari Perjanjian Lama untuk menunjukan bagaimana iman menuntun pada ketaatan yang sejati dan keyakinan pada hal-hal yang belum terlihat.

Ibrani 11:1-40 secara khusus memberikan pengajaran tentang iman dan bagaimana teladan dari para tokoh Perjanjian Lama yang hidup berdasarkan iman dapat menjadi sumber penguatan bagi jemaat dalam menghadapi tantangan hidup mereka. Penulis menekankan bahwa meskipun banyak dari mereka tidak melihat penggenapan janji Allah selama hidup mereka, mereka tetap setia dan hidup dalam iman, memberikan model bagi para pembaca untuk mengikuti.

PENJELASAN TEKS

Selanjutnya kita akan mengikuti penjelasan dan makna ayat per ayat dari Ibrani 11:1-40 berdasarkan teks asli Yunani. Ibrani 11 dikenal sebagai pasal "Pahlawan Iman" yang memberikan banyak contoh tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama yang hidup berdasarkan iman.

Ayat 1 : Kata kunci: Pistis (??????) - "iman" berarti kepercayaan yang penuh kepada Allah, meskipun tanpa bukti fisik. Iman adalah fondasi keyakinan atas janji-janji Allah yang belum terlihat atau terwujud. Ini adalah keyakinan terhadap hal-hal yang diharapkan tetapi belum kita lihat.

Ayat 2 : Kata kunci: Martureo (????????) - "diberikan kesaksian" atau "dipersaksikan." Para nenek moyang, atau tokoh-tokoh Perjanjian Lama, mendapatkan kesaksian dari Allah bahwa mereka hidup berkenan kepada-Nya melalui iman mereka.

Ayat 3 : Kata kunci: Rhema (????) - "firman" dalam arti kata yang diucapkan oleh Allah. Iman memungkinkan kita memahami bahwa dunia diciptakan oleh Allah hanya melalui firman-Nya, dari sesuatu yang tak terlihat menjadi terlihat.

Ayat 4 : Kata kunci: Pistis - iman yang menyebabkan Habel dipandang benar oleh Allah. Iman Habel terlihat dari persembahan korban yang lebih baik daripada Kain, menunjukan bahwa Allah menyukai hati yang penuh iman dan ketaatan.

Ayat 5 : Kata kunci: Methistemi (?????????) - "terangkat" atau "dipindahkan." Iman Henokh sangat kuat sehingga ia tidak mengalami kematian, tetapi langsung dibawa oleh Allah. Ini menunjukan bahwa iman dapat memindahkan seseorang dari dunia ini ke dalam hadirat Allah.

Ayat 6 : Iman adalah syarat mutlak untuk berkenan kepada Allah. Iman percaya bahwa Allah ada dan Dia memberikan upah kepada mereka yang mencari-Nya.

Ayat 7 : Nuh bertindak berdasarkan iman akan firman Allah, meskipun ia tidak melihat hujan atau banjir pada waktu itu. Iman Nuh disertai dengan ketaatan yang nyata.

Ayat 8 : Kata kunci: Hupakouo (???????) - "taat." Iman Abraham ditunjukan melalui ketaatannya untuk meninggalkan tanah airnya dan pergi ke negeri yang belum ia kenal, berdasarkan janji Allah.

Ayat 9-10 : Abraham hidup dalam iman, menganggap tanah yang dijanjikan sebagai miliknya, meskipun ia tidak sepenuhnya memilikinya selama hidupnya. Imannya berfokus pada janji Allah dan kota ilahi.

Ayat 11 : Iman Sara memungkinkan dia menerima kekuatan dari Allah untuk mengandung dan melahirkan, meskipun usianya sudah sangat tua.

Ayat 12-16 : Abraham dan keturunannya adalah contoh iman yang menghasilkan janji besar dari Allah, meskipun mereka hidup sebagai orang asing dan tidak melihat janji itu terwujud sepenuhnya dalam hidup mereka.

Ayat 17-19 : Iman Abraham diuji ketika Allah meminta Ishak untuk dipersembahkan. Abraham percaya bahwa Allah sanggup membangkitkan Ishak dari kematian jika perlu.

Ayat 20-22 : Ishak, Yakub, dan Yusuf memberikan berkat kepada keturunan mereka berdasarkan janji Allah yang belum sepenuhnya terlihat, menunjukan kepercayaan penuh pada janji Allah di masa depan.

Ayat 23 : Orang tua Musa bertindak dalam iman untuk menyelamatkan anak mereka dari ancaman pembunuhan oleh Firaun, dengan percaya bahwa Allah akan memelihara Musa.

Ayat 24-26 : Musa memilih untuk menderita bersama umat Allah daripada menikmati kemewahan di Mesir, karena imannya kepada janji Allah lebih berharga daripada kemewahan duniawi.

Ayat 27-29 : Iman Musa membawanya untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, mempercayai janji Allah meskipun menghadapi kesulitan dan bahaya besar.

Ayat 30 : Tindakan Israel mengelilingi Yerikho dilakukan karena iman mereka pada perintah Allah, meskipun secara manusiawi tidak masuk akal bahwa dinding besar itu akan runtuh hanya dengan mengelilinginya.

Ayat 31 : Iman Rahab yang percaya kepada Allah Israel menyelamatkannya dari kebinasaan bersama penduduk Yerikho.

Ayat 32-38 : Penulis menyebut lebih banyak tokoh iman dari Perjanjian Lama, yang semuanya menghadapi kesulitan besar tetapi tetap beriman kepada Allah. Iman mereka diwujudkan dalam tindakan berani dan kesetiaan yang teguh.

Ayat 39-40 : Meskipun pahlawan iman ini hidup dan mati dalam iman, mereka tidak menerima penggenapan penuh dari janji Allah dalam hidup mereka. Namun, melalui iman mereka, mereka berkontribusi pada rencana keselamatan yang sempurna, yang akan dipenuhi melalui Kristus.

PENERAPAN

1. Iman sebagai Dasar Kesatuan (ayat 1-3): "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibrani 11:1). Dalam jemaat, iman harus menjadi dasar dalam menjalani kehidupan. Iman membawa pengharapan bagi jemaat, yang mempersatukan mereka meskipun meng-hadapi tantangan yang berbeda- beda.

2. Iman yang Dinyatakan dalam Ketaatan (ayat 4-12) : Contoh-contoh dari Habel, Nuh, Abraham, dan Sara menunjukan bahwa iman bukan hanya tentang percaya tetapi juga ketaatan. Jemaat dipanggil untuk menunjukan iman melalui tindakan nyata dan ketaatan pada panggilan Tuhan. Seperti Abraham yang taat untuk pergi ke tempat yang belum ia kenal, jemaat harus siap untuk melangkah bersama-sama dalam iman, bahkan jika itu berarti memasuki masa atau tempat yang belum pasti. Ketaatan kolektif kepada firman Allah akan memperkuat ikatan antar anggota jemaat dan memperlihatkan kesatuan dalam tujuan.

3. Iman yang Berpengaruh pada Generasi Mendatang (ayat 13-22): Tokoh- tokoh seperti Ishak, Yakub, dan Yusuf percaya kepada janji Allah walaupun mereka sendiri tidak melihat penggenapan janji itu dalam hidup mereka. Iman yang dimiliki oleh jemaat hari ini tidak hanya berdampak pada kehidupan pribadi tetapi juga pada generasi mendatang.

4. Iman yang Mengatasi Tantangan Bersama (Ayat 23-31): Musa, bangsa Israel, dan Rahab adalah contoh bahwa iman membawa jemaat kepada keberanian menghadapi tantangan besar bersama-sama. Dalam kehidupan gereja, selalu ada tantangan yang datang, baik secara pribadi maupun kolektif. Namun, dengan iman yang mempersatukan, jemaat dapat menghadapi tantangan tersebut dengan penuh keberanian. Seperti bangsa Israel yang beriman dalam menghadapi tembok Yerikho, jemaat juga dapat memecahkan tembok masalah melalui iman yang bekerja bersama. Saat menghadapi kesulitan, jemaat didorong untuk tetap bersatu dan mengandalkan kekuatan dari iman kepada Tuhan.

5. Iman yang Menyatukan dalam Pengorbanan (ayat 32-38): Para tokoh iman, seperti Gideon, Daud, dan Samuel, menunjukan bahwa iman kadang-kadang menuntut pengorbanan besar, bahkan penderitaan. Iman yang mempersatukan jemaat tidak berarti jalan yang selalu mudah. Seperti para tokoh iman dalam Ibrani 11, jemaat mungkin harus menghadapi pengorbanan dan kesulitan. Namun, iman yang sejati menguatkan jemaat untuk terus berjalan bersama, saling mendukung, dan saling menguatkan dalam menghadapi tantangan tersebut. Kebersamaan dalam iman memberi kekuatan untuk menghadapi pengorbanan dengan sukacita, karena jemaat tahu bahwa Allah tetap setia.

6. Iman yang Menuju kepada Penggenapan (ayat 39-40): Semua pahlawan iman ini hidup dalam keyakinan bahwa Allah akan menggenapi janji-Nya, meskipun mereka sendiri tidak menerima janji itu selama hidup mereka. Jemaat dipanggil untuk memiliki iman yang tidak hanya berfokus pada kehidupan saat ini, tetapi juga pada penggenapan janji Allah yang akan datang. Seperti para tokoh dalam Ibrani 11, jemaat perlu hidup dalam kesatuan iman, dengan pandangan yang jauh ke depan, percaya bahwa Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Ini menciptakan harapan kolektif yang kuat di antara jemaat, memperkuat ikatan mereka sebagai satu tubuh yang dipersatukan dalam iman kepada Kristus. Amin.

Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah ini
GKI Martin Luther

Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama