Membayar Nazar

(IMAMAT 27 : 1 - 34)
Oleh : Pdt. Nelson Kapitarau, S.Th, MM
GAMBAR UTAMA

PENDAHULUAN:

Shalom, selamat pagi bapak/Ibu/ saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.

Pada hari ini kita bersama-sama datang untuk beribadah kepada Tuhan, menaikkan syukur, doa, dan pujian, serta mendengarkan firman-Nya yang menjadi pelita bagi hidup kita. Firman Tuhan yang menjadi renungan kita diambil dari Kitab Imamat 27:1-34 dengan perikop Membayar Nazar.

Kitab Imamat adalah bagian dari lima kitab Musa yang sering disebut Taurat atau Pentateukh. Kitab ini menekankan tentang kekudusan Allah dan bagaimana umat Israel harus hidup kudus, sebab Allah yang memanggil mereka adalah Allah yang kudus. Aturan-aturan yang ada di dalamnya bukan hanya soal hukum, tetapi juga tentang bagaimana umat Allah menjaga relasi dengan Tuhan melalui ibadah, korban, dan janji mereka.

Pada pasal 27 ini, kita membaca tentang nazar, yaitu janji yang diucapkan umat kepada Allah sebagai bentuk syukur, kerendahan hati, atau permohonan pertolongan. Allah mengajarkan bahwa setiap nazar yang diucapkan tidak boleh dianggap main-main, tetapi harus dipenuhi dengan kesungguhan. Dengan kata lain, Allah mau mengajarkan umat-Nya untuk hidup bertanggung jawab di hadapan-Nya.

Bapak/Ibu/Saudara-saudari yang Tuhan Yesus Kasihi, melalui firman ini kita diingatkan bahwa Allah menghargai setiap komitmen kita. Apa yang kita ucapkan di hadapan Tuhan bukanlah kata-kata kosong, tetapi sesuatu yang harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Oleh karena itu, hari ini kita akan belajar bersama tentang bagaimana ketaatan, kesetiaan, dan tanggung jawab dalam memenuhi janji di hadapan Tuhan menjadi tanda kasih dan hormat kita kepada-Nya.

Kiranya firman Tuhan ini meneguhkan kita semua dalam ibadah dan kehidupan sehari-hari.

PENJELASAN AYAT PERAYAT:

Untuk memamahi teks ini perlu kita mendapatkan penjelaskan pesan dari ayat per ayat dalam Imamat 27:1-34, agar kita memahami apa makna dari ayat-ayat ini dengan Perikop: Membayar Nazar.

Nazar dalam Alkitab :Nazar = janji khusus yang diucapkan seseorang kepada Tuhan. Sifatnya sukarela, tetapi begitu diucapkan wajib ditepati (Bil. 30:2; Pkh. 5:4-5). Bisa berupa persembahan diri, harta, hewan, ladang, atau bentuk lain (Im. 27:1-34).

Mengapa harus ditambah seperlima (20%)? Supaya umat tidak main-main dengan nazar. Menunjukkan tanggung jawab dan kesungguhan. Mengingatkan bahwa yang sudah dipersembahkan kepada Tuhan adalah kudus.

Kata Ibrani untuk nazar adalah ????? (neder). Arti dasar: janji, ikrar, sumpah, sesuatu yang ditetapkan atau dipersembahkan kepada Tuhan. Dalam pemakaian Alkitab: neder selalu menunjuk pada janji sukarela, tapi setelah diucapkan harus dianggap mengikat secara rohani di hadapan Allah.

Jadi, nazar (??? / neder) adalah janji sukarela kepada Allah, namun memiliki kekuatan mengikat karena diucapkan di hadapan Allah yang kudus. Itulah sebabnya bila ditebus harus ditambah seperlima, sebagai tanda bahwa janji kepada Tuhan tidak boleh dipermainkan. Mari kita perahatikan ayat perayatnya:

1. Ayat 1-8 :Nazar mengenai manusia: Orang bisa bernazar mempersembahkan dirinya atau orang lain kepada Tuhan. Tetapi Tuhan menetapkan penilaian (jumlah tertentu) sesuai usia dan jenis kelamin. Apa Maksudnya: Tuhan mengajar bahwa nazar bukan sembarangan janji. Disini Ada tanggung jawab yang jelas bila seseorang bernazar. Tuhan itu adil, karena bahkan yang miskin diberi jalan keluar sesuai kemampuannya.

2. Ayat 9-13 : Nazar mengenai hewan: Hewan yang dipersembahkan kepada Tuhan menjadi kudus dan tidak boleh diganti. Jika diganti, keduanya (yang lama dan baru) sama-sama menjadi milik Tuhan. Bila hendak menebus, harus ditambah dengan seperlima nilainya. Apa maksudnya: Segala sesuatu yang dipersembahkan kepada Tuhan tidak bisa ditarik kembali seenaknya. Nazar harus disertai kejujuran dan ketulusan, bukan dengan akal-akalan untuk untung.

3. Ayat 14-15 : Nazar mengenai rumah: Jika seseorang bernazar mempersembahkan rumahnya, rumah itu menjadi kudus bagi Tuhan. Kalau hendak menebus kembali, harus ditambah dengan seperlima nilainya. Apa Maksdudnya: Harta benda yang dipersembahkan kepada Tuhan adalah bentuk kesungguhan hati. Pada bagian ini Tuhan menuntut komitmen yang nyata, bukan sekadar kata-kata.

4. Ayat 16-25: Nazar mengenai ladang: Jika seseorang mempersembahkan sebagian ladang pusakanya, imam akan menentukan nilainya. Penebusan kembali tetap dengan tambahan seperlima. Aturannya berbeda jika ladang itu bukan pusaka, tetapi dibeli. Pada tahun Yobel ladang itu kembali kepada pemilik asalnya.

Apa maksudnya: Tuhan mengajarkan bahwa tanah dan bumi adalah milik-Nya (bdk. Im. 25:23). Setiap nazar atas tanah harus dipandang serius, karena itu menyangkut berkat Tuhan sendiri. Disini Ada prinsip keadilan dan kejelasan aturan agar umat tidak semena-mena.

5. Ayat 26-29 : Yang tidak boleh dinazarkan: Anak sulung hewan, baik lembu maupun kambing, tidak boleh dinazarkan, karena sudah menjadi milik Tuhan. Segala sesuatu yang dikhususkan (misalnya orang atau barang yang dikhususkan untuk Tuhan) tidak boleh ditebus kembali. Apa Maksudnya : Ada hal-hal yang memang sudah menjadi milik Tuhan sejak awal yaitu hasil Sulung. Manusia tidak boleh mengatur seenaknya atas apa yang sudah kudus bagi Tuhan.

6. Ayat 30-33 :Mengenai persepuluhan: Segala persembahan persepuluhan dari hasil tanah dan hewan adalah kudus bagi Tuhan. Bila hendak ditebus, harus ditambah seperlima. Apa maksudnya: Persepuluhan adalah bentuk pengakuan iman bahwa segala berkat berasal dari Tuhan. Tuhan ingin umat-Nya hidup dalam ketaatan dan kesetiaan dalam memberi.

7. Ayat 34 :Penutup: "Inilah perintah-perintah yang diperintahkan TUHAN kepada Musa untuk orang Israel di gunung Sinai." Apa Maksudnya: Semua hukum ini berasal dari Tuhan sendiri, bukan manusia. Hidup umat Allah harus berpusat pada ketaatan kepada firman-Nya.

PENSAN PENTING BUAT JEMAAT DALAM MINGGU INI.

Apa pesan Penting dan pesan praktis dari Imamat 27:1-34 dengan tema: "Membayar Nazar" yang bisa menjadi pegangan jemaat dalam kehidupan sehari-hari.

Dari perikop ini, ada beberapa hal yang dapat kita terapkan dalam hidup tiap hari:

1. Belajar Hidup Bertanggung Jawab di Hadapan Tuhan: Apa yang kita ucapkan kepada Tuhan dalam doa atau nazar bukanlah hal yang ringan. Janji yang kita buat harus ditepati (Amsal 20:25, Pengkhotbah 5:4-5). Dalam kehidupan sehari-hari: jemaat diajak untuk setia pada komitmen pelayanan, pekerjaan, keluarga, dan janji iman yang pernah dibuat, tidak boleh hidup dalam kebohongan,belajar jujur dalam berkata dan berkomitmen, tidak boleh ( PHP: Pemberi harapan palsu)

2. Memberi kepada Tuhan dengan Tulus dan Jujur: Hewan, rumah, ladang, atau persepuluhan yang dinazarkan menunjukkan bahwa semua berkat berasal dari Tuhan. Dalam praktik sehari-hari: kita diajak untuk memberi dengan hati yang ikhlas, bukan karena terpaksa atau sekadar formalitas (2 Korintus 9:7). Kalam kehidupan sehari-hari dalam membagi Uang atau Benda harus jujur kepada semua yang berhak mendapatkannya sesuai dengan atauran yang berlaku,jangan mengubah aturan untuk kepentingan diri sendiri.

3. Kita harus Mengakui Bahwa Segala Sesuatu adalah Milik Tuhan: Tanah, hasil panen, dan anak sulung adalah milik Tuhan (ay. 16-29). Dalam kehidupan: kita diajak untuk hidup sebagai pengelola (steward) dan bukan pemilik mutlak. Ini menumbuhkan kerendahan hati dan rasa syukur.Kita bukan pemilik tapi pengelolah, Tuhan Titip kepada kita untuk dipakai menolong diri sendiri dan menolong orang lain.

4. Menepati Komitmen dalam Hal Kecil maupun Besar: Baik nazar mengenai diri sendiri, hewan, rumah, atau ladang semuanya punya aturan yang sama: harus ditepati dengan sungguh-sungguh. Dalam hidup sehari-hari: jemaat diingatkan untuk tidak meremehkan janji kecil, misalnya janji dalam keluarga, dalam pelayanan, atau komitmen pribadi untuk membaca firman dan berdoa serta apa saja yang kita janjikan.

5. Menjadikan Persepuluhan sebagai Wujud Iman: Persepuluhan adalah tanda ketaatan iman bahwa hidup dan rezeki berasal dari Tuhan (ay. 30-33). Dalam kehidupan sehari-hari: jemaat diajak untuk setia dalam memberi, sehingga Tuhan dimuliakan lewat berkat yang Dia percayakan. Pemebrian perpuluhan baik itu Uang Bendan dan Waktu kita dengan Tuhan.

6. Menjalani Hidup dalam Kekudusan dan Ketaatan Firman: Ayat 34 menegaskan: semua hukum ini berasal dari Tuhan sendiri. Dalam kehidupan: jemaat diingatkan untuk tidak sekadar menjalankan tradisi, tetapi sungguh-sungguh taat pada firman dalam keseharian ,di rumah, pekerjaan, maupun pelayanan. Iangat bahwa ada Hukum dan aturan Tuhan untuk itu hidup kita tidak sembarangan tetapi tertib mengikuti apa yang Tuhan bicara kepada kita Melalui Firman-Nya.

Amin

Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah ini
GKI Martin Luther

Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama