Oleh Pdt. Dr. Sostenes Sumihe
Salah satu masalah sosial yang tidak dapat diabaikan oleh orang Kristen, termasuk warga GKI, adalah masalah kemiskinan dan orang miskin. Mengapa? Karena ini bukan semata-mata masalah sosial, melainkan terutama masalah teologi, masalah hubungan dengan Tuhan, karena Tuhan peduli dengan orang miskin. Kepedulian Tuhan kepada orang miskin hari ini menjadi bahan perenungan dalam jemaat-jemaat GKI, termasuk dalam jemaat ini, yang didasarkan pada Imamat 25: 35 - 55. Tiga pelajaran penting yang dapat kita pegang dan berlakukan dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen terkait dengan masalah sosial tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, orang Kristen tidak boleh menutup mata dan tidak peduli dengan orang yang mengalami kondisi kemiskian itu. Perhatikan ayat 35, "apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan hidup di antaramu, maka engkau harus menyokong dia sebagaimana terhadap pendatang dan warga asing supaya dia dapat hidup di antaramu". Jadi orang Kristen tidak boleh masa bodoh dengan mereka yang sedang mengalami krisis kehidupan. Kita harus peduli dan memberi perhatian yang serius terhadap saudara kita yang mengalami krisis kehidupan sehingga mereka tidak mengalami kehidupan yang layak, bahkan tidak dapat bertahan hidup. Namun demikian kita diingatkan, kalau membantu orang lain jangan hal itu digunakan untuk mencari keuntungan, jangan mencari kekeyaan di atas kemiskinan orang lain (ayat 36 - 37). Masih segar dalam ingatan mahasiswa dan masyarakat luas melakuk]an demo di Gedung DPRRI memprotes anggota parlermen menaikan pendapatan mereka sementara rakyat Indonesia masih tetap miskin, bahkan mereka menari-nari di atas kemiskinan rakyat Indonesia. Orang Kristen tidak boleh seperti itu, apa lagi warga GKI sama sekali tidak pantas melakukan hal tersebut. Karena GKI jati dirinya adalah persekutuan dan kesatuan, sehingga kalau ada warga GKI yang jatuh miskin, dan tidak dapat tahan hidup, maka yang lain harus menolongnya. Itulah alasannya mengapa dalam GKI ada persembahan yang dikhususkan untuk pelayanan kasih dan keadilan.
Pertanyaan penting yang harus dijawab adalah, apa tujuan kita membatu orang yang berkekurangan bahkan miskn? Kita perhatikan kembali ayat 35 tadi, "apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan hidup di anatamu, maka engkau harus menyokong dia…supaya dia dapat hidup di anatamu". Jadi tujuan kita membatu orang miskin adalah supaya orang miskin itu bisa hidup. Sekali lagi supaya orang miskin bisa hidup. Orang miskin sebenarnya sedang hidup dalam kematian, tinggal tunggu pemakamannya. Ketika dia sakit tidak ada uang untuk berobat akhirnya mati. Lapar tidak ada uang untuk beli makan, akhirnya sakit dan mati. Jadi sekali lagi tujuan utama yang paling mulia dalam membatu orang lain adalah supaya orang yang kita bantu itu hidup.
Kita membantu orang untuk hidup karena kita sendiri sudah dibantu Tuhan untuk hidup. Perhatikan ayat 38,"Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa kamu keluar tanah Mesir, untuk memberikan kepadamu tanah Kanaan, supaya Aku menjadi Allahmu". Mesir adalah rumah perbukan, dan orang dalam perbudakan sesungguhnya berada dalam keadaan miskin. Jadi kalau Tuhan membebaskan orang Israel dari Mesir, sama nilainya cengan membebaskan dari kematian dan memberi kehidupan baru di tanah yang baru, tanah Kanaan. Ini pelajaran penting bagi kita orang Kristen dan secara khusus warga GKI. Karena kita sesungguhnya adalah orang yang hidup dalam perbudakan dosa, dan berarti sedang hidup dalam kematian, sebab upah dosa adalah maut. Sekalipun kita masih bernafas, tetapi kita adalah mayat yang bergerak menuju pekuburan dan kematian kekal. Tetapi oleh dan di dalam Yesus Kristus kita dibebaskan dari dosa dan maut, dan kita menjadi orang-orang yang memiliki janji kehidupan kekal. Karena itu orang Kristen dan warga GKI harus bekerja dan melayani mereka yang mengalami kemiskinan karena Tuhan telah memberi kita kehidupan. Kita membantu orang karena kita punya Allah yang hidup. Kita membantu orang untuk hidup karena kita memiliki kehidupan yang berasal dari Allah kita yang hidup.
Pelajaran yang kedua ialah, kalau kita dapat membantu orang lain dan memberi dia hidup, maka tidak boleh menjadikan dia budak kita. Perhatikan ayat 38, yang menyatakan jangan memperlakuan dan memperkejakan orang yang kita bantu sebagai budak. Kalau membantu orang tetapi memperlakukannya sebagai budak untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan kita, sebenarnya kita membantu bukan untuk memberi dia hidup, melainkan kita membantu untuk mencari untung, membantu agar orang mengerkana kepentingan kita, dan ini bukan memberi hidup melainkan memberi beban baru dalam hidup orang itu. Mengapa tidak boleh memperkerjakan orang sebagai budak, karena Israel sudah dibebaskan dari perbudakandi Mesir dan orang Kristen pun s8dah dibebasandari perbudakan dosa oleh Yesus Kristus. Orang Kristena bukanlah orang yang memberi beban hidup bagi orang lain, melainkan menyatakan dan memberi hidup seperti Yesus yang datang ke dunia untuk memberi kita kehidupan. Perhatikan kata-kata Yesus ini, "Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dengan berlimpah limpah". Setiap orang yang percaya dan berijan kepada Yesus adalah pembawa kehidupan bagi orang lain, bukan pembawa kematian.
Karena itu ada prinsip yang patut dipegang oleh orang Kristen ketika memberi bantuan keada orang lain, yaitu prinsip tahun Yobel, yaitu pembebasan (ayat 54). Orang Kristen termasuk warga GKI membantu orang lain untuk membebaskan yang dibantu dari beban hidup dan pergumulan yang sedang dihadapinya, orang itu mengalami kehidupan. Kita sering kali mengangga batuan itu selalu dalam bentuk uang atau barang, tetapi bantuan yang kita berikan untuk orang bisa mengalami kehidupan bisa sajas berupa kata-kata yang menghibur dan menguatkan. Apapun yang kita bsa lakukan, tapi prinsipnya bahwa orang Kristen ada di dunia untuk membawa pembebasan dan memberi kehidupan bagi orang lain, terutama mereka yang kehilangan harapan hidup. Amin!
Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah ini
